BERSAMA KITA CIPTAKAN GENERASI YANG KREATIF DAN MANDIRI

Senin, 28 Januari 2019

Melatih kemandirian anak sejak dini

Moms, pernahkah Anda membiarkan anak makan sendiri? Kemungkinan besar yang muncul adalah berantakan, baik Si Kecil, makanannya, dan ruang makan Anda. Oleh karena itu, tidak heran banyak ibu yang memilih menyuapi anaknya, agar lebih cepat dan lebih mudah. Beberapa juga menggunakan bantuan gadget dan televisi agar anak bisa tenang. Menurut psikolog anak Anna Surti Ariani S.Psi., M.Si., proses belajar makan itu ternyata dibutuhkan oleh anak. “Ketika anak makan, ia belajar memegang sendok dan garpu, itu akan menstimulasi motorik halus dan motorik kasarnya. Awalnya ia akan membuat makanan, tapi lama–lama anak akan belajar menggunakan sendok dan memasukkan ke mulut. Koordinasi motorik yang baik akan berpengaruh terhadap kecerdasan secara umum,” jelas Anna saat ditemui pada acara Piknik Sehat Saat belajar makan, anak juga belajar berkonsentrasi dan ketekunan. Dengan menyuapinya, bahkan membiarkannya makan sambil menonton televisi, konsentrasi Si Kecil akan terbelah. Ia pun kehilangan kesempatan untuk melatih ketekunannya. Anna menyarankan sebaiknya anak mulai diajari makan sejak ia bisa duduk. “Disarankan anak duduk dengan makanan di depannya. Biarkan anak mencoba memakannya,” jelas Anna. Jika khawatir anak tidak cukup makan, Anda dapat duduk di sebelahnya sambil tetap menyuapi Si Kecil. Menurut Anna, jika anak melakukan kebiasaan itu sebelum 1 tahun, pada usia 1 tahun ia akan mulai lancar makan sendiri dan sudah bisa tidak disuapi pada usia 2 tahun. Kuncinya tentu konsisten ya, Moms! https://www.motherandbaby.co.id/article/2016/11/39/7077/Kapan-Anak-Belajar-Makan-Sendiri

Kamis, 24 Januari 2019

Dongeng with Ka Ade

Literasi melalui dongeng bersama Ka Ade 😊

Renungkan kembali konsep dasar pendidikan di Indonesia Oleh Ms Restgha Noriega

Pendidikan merupakan sarana manusia dalam mewariskan kebudayaan yang telah dibangunnya dari satu generasi kepada generasi selanjutnya. Karena itu pendidikan tidak akan pernah lepas dari konteks kebudayaan. Karena pada hakikatnya pendidikan akan selalu terpengaruh budaya masyarakat tempat pendidikan itu tumbuh. Begitu pula sebaliknya, pendidikan menjadi begitu penting dalam menjaga keberlangsungan kebudayaan suatu masyarakat. Dengan demikiam sejatinya pendidikan seharusnya sesuai pula dengan kultur masyarakat suatu etnik, suku, bangsa maupun negara. Dalam kurikulum kita kemudian dikenal adanya materi muatan lokal atau mulok dalam mengakomodir kebudayaan lokal dalam kuruikulum nasional. Sayangnya tidaklah cukup demikian. Kebudayaan lokal terus tergerus tidak hanya oleh pembelajaran lokal yang minim, namun juga dikarenakan arus global yang tanpa saringan menerjang kebudayaan kita. Menilik lebih dalam, kebudayaan semustinya tidak hanya tercantum dalam mulok,namun lebih mendalam dan lebih mendasar dari pada itu. Jikalau kita mencari referensi tentang pendidikan, akan lebih mudah mendapati berbagai rujukan pendikan ala barat, baik teori behaviorism, teori naturalism maupun teori teori lain yang berasal dari barat dan tentu saja dengan sumber bahan galian barat dan cara barat. Tanpa bermaksud mengkritik maupun merendahkan apa yang dimiliki dan dihasilkan barat. Pendidikan adalah sebuah nilai universal, yang nilai-nilai di dalamnya merupakan nilai yang juga berlaku secara umum pada manusia. Sehingga apa yang dihasilkan dalam teori pendidikan pasti dapat diterapkan pada manusia secara umumnya. Atau jikalau sebuah pendidikan barat telah mampu menjadikan barat menjadi negara yang maju, tentulah negara kita akan menjadi maju pula dengan menerapkan pendidikam yang serupa. Sepertinya inilah barang kali yang menjadikan pemerintah kita begitu mudah mengadopsi sistem pendidikan barat. Apakah diterapkannya pendidikan hasil adopsi negara lain akan mampu secara sama memajukan sebuah negara minimal sejajar dengan negara yang diadopsi kurikulumnya. Bukan jaminan. Kita tengok Jepang salah satu negara maju baik dalam teknologi maupun pendidikannya. Jepang mengemhangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan budaya masyarakat Jepang, menerima kemajuan dengan budaya sebagai filternya, sehingga nilai budayanya masih relatif bisa dipertahankan. Hingga kini masih dapat kita jumpai berbagai budaya Jepang tentu dengan kekurangan dan kelebihannya. Begitupula jika kita cermati kasus yang ada di India. Dalam riset yang dilakukan oleh James Tooley didapati fakta yang mengejutkan, bahwa pendidikan ala kolonial dalam hal ini Inggris yang selalu menjadi kebanggaan Inggris yang diwariskan kepada India, ternyata justru telah menghambat laju pendidikan India itu sendiri. Dengan diterapkanya pendidikan ala Inggris, India justru menjadi semakin ketinggalan. Inilah yang membuat kita semestinya semakin gelisah atas pendidikan kita. Adakah kita lupa bahwa bangsa kita telah mampu menyebarkan agama islam hingga membuat negara Indonesia negara berpenduduk muslim terbesar diseluruh dunia. Bahkan kita dapati ada masyarakat yang pandai mengaji namun masih buta huruf latin. Dengan apa semua itu bisa tersebar jikalau bukan dengan pendidikan. Lebih jauh lagi adakah kita lupa bahwa bahwa pelajar dari Cina mencatat bahwa pada masa kerajaan Sriwijaya, pendidikan kita telah diperhitungkan di kawasan asia tenggara bahkan mungkin asia. Pada masa itu setiap yang hendak belajar agama Budha musti menempuh lebih dulu pendidikan di Sriwijaya. Mungkin kita akan berkata bahwa itu hanyalah nostalgia masa lalu. Namun dengan apa kita berpijak pada masa ini jikalau dengan masa lalu. Peringatan hardiknas tahun ini mustinya menjadi tahun perenungan atas konsep dasar pendidikan nasional. Di tengah kegalauan pemerintah dalam menerapkan kurikulum, kita musti menggali artefak pendidikan kita yang telah teruji mewariskan budaya kepada generasi kita sekarang ini. Menjadi perhatian kita pula.bahwa pendidikan bukanlah rumus mati, reaksinya akan berbeda pada setiap objek yang berbeda pula. Kesalahan dalam merumuskan pendidikan akan menjadi kejahatan yang teramat kejam, karena bukan hanya berdampak pada satu dua orang namun pada satu dua bahkan beberapa generasi. Pendiri bangsa telah menggali pancasila dasar negara dari nilai-nilai bangsa Indonesia sendiri. Seyogyanya pula sistem pendidikan nasional juga merupakan hasil penggalian atas nilai luhur budaya bangsa kita. Dengan tetap memperhatikan konteks kekinian. Tidak bisa kita elakkan bahwa ada beberapa yang musti kita sesuaikan dengan perkembangan zaman. Akan tetapi ada nilai yang memang berlaku secara universal dan terus menerus. Nilai-nilai inilah yang kita gali. Pendidikan Indonesia tidak akan maju kecuali dengan pendidikan khas Indonesia itu sendiri.

Dampak Teknologi

Oleh Titin Sumarni Peran Teknologi Terhadap Anak Usia Dini Melihat dari perkembangan teknologi sekarang ini, perkembangan teknologi telah berpengaruh bagi kehidupan anak sehari-hari, peran orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan teknologi dewasa ini, kenapa peran orang tua yang berpengaruh terhadap pendidikan anak dengan adanya teknologi yang berkembang. Mungkin tanpa kita sadari bahwa anak-anak sekarang sangat bergantung dengan teknologi seperti adanaya laptop, androit, tablet, hampir seluruh anak-anak sudah bisa memaikannya, bahkan anak yang dibawah umur tiga tahun mereka sudah terbiasa dan bahkan mereka cenderung permainanannya adalah Laptop/Komputer, Tablet ataupun Androit. Hal semacam ini mungkin tidak asing lagi dengan penglihatan kita, anak-anak lebih suka bermain dengan laptop atau andoritnya ketimbang bermain dengan teman-teman sebayanya dan ada juga orang tua bahkan melarang anak-anaknya bermain diluar rumah, dengan berbagai alasan-alasan, sehingga anak-anaknya diberikan maianan seperti laptop dan androit sehingga anak-anak sibuk dan asik bermain sendiri, tanpa orang tua sadari bahwa permainan seperti ini sudah membentuk prlaku anak yang tidak bisa terpisahkan dengan teknologi ini. Dapak teknologi yang semakin berkembang perlu kita ikuti tetapi untuk perkembangan anak memiliki dampak positif dan negatifnya, ada beberapa dampak positif dan dampak negatif teknologi bagi anak-anak: Pengaruh Positif Komputer Terhadap Anak Usia Dini, Rimm, (2003:16) mengatakan, "komputer bisa membantu anak belajar. Banyak anak prasekolah belajar menggambar dan membaca dengan menggunakan komputer. Beberapa pengaruh positif teknologi komputer untuk anak usia dini sebagai berikut: Stimulasi bagi perkembangan antara kordinasi mata dengan ketepatan gerak tangan. Menstimulasi bagi perkembangan motorik halus anak khususnya daya rangsang pada anak agar anak dapat melatih kemampuan berfikir untuk lebih kreatif. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra. Mendorong anak untuk belajar selain metode verbalitas dalam kata-kata tertulis atau lisan belaka. Komputer dalam proses belajar, akan melahirkan suasana yang menyenangkan bagi anak. Anak dapat menjadi lebih tekun dan terpicu untuk belajar berkonsentrasi. Anak dapat mempunyai bekal persiapan yang pasti memasuki gerbang perguruan tinggi. Komputer dapat juga digunakan untuk mempermudah menunjukan pengetahuan. Menurut, Li dan Atkins dalam Genevieve Marie Johnson (2010) mencatat bahwa paparan komputer selama tahun-tahun prasekolah dikaitkan dengan kesiapan sekolah anak berikutnya sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan anak. Kumtepe (2006) mengamati bahwa anak-anak melek komputer yang dinilai oleh guru mereka mengemukakan bahawa keterampilan social anak lebih tinggi daripada anak-anak yang kurang mahir komputer. Adapun menurut Fischer dan Gillespie dalam Sharon A. (2004). Menjelaskan hasil penelitian mereka di kelas Head Start, menunjukkan bahwa program dalam komputer seperti (1) perangkat lunak komputer dapat mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi dan melampaui pemikiran mereka, (2) komputer hanya pilihan lain di kelas,(3) komputer menjadi jembatan bagi anak untuk berpikir abstrak, dan (4) teknologi komputer dapat merangsang perilaku di kalangan anak-anak. Pengaruh Negatif Komputer Pada Anak Usia Dini Menurut (Chiba Takeo, et. al. 1997). Secara umum komputer, diasumsikan berdampak bahwa hubungan pribadi antara anak yang satu denga yang lainnya menjadi lemah karena anak-anak kurang berkomunikasi ketika mereka menggunakan komputer. Sedangkan menurut (Pribadi, dkk, 2010) adalah : Komputer dapat mengakibatkan mata pada anak menjadi sakit apabila terlalu lama didepan komputer. Komputer juga dapat mengakibatkan anak malas belajar, apabila anak mengenal permainan game online. Kemungkinan besar anak mengonsumsi permainan yang menonjolkan unsur-unsur kekerasan tanpa sepengetahuan orang tua. Anak akan kehilangan waktu bermain dengan teman seusianya yang akan menjadikan kurangnya keseimbangan kehidupan sosial anak tersebut. Anak juga menjadi malas belajar karena banyak waktu yang dihabiskan di depan komputer, sehingga mengakibatkan prestasi akademiknya menurun. Akses internet juga akan berdampak negatif walaupun sesungguhnya, mampu mengakses internet adalah awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Anak akan terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet. Mengganggu kesehatan misalnya, repetitive stress atau strain injury, kelelahan mata dan sakit kepala, sakit punggung dan leher, dan lain sebagainya. Mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang, akan tetapi anak harus dikenalkan dengan komputer walaupun ada pengaruh yang tidak baik yang dapat ditimbulkan, ada baiknya kita menyusun siasat dalam mengenalkan komputer pada anak. Adapun cara mengajarkan komputer pada anak usia dini menurut Buckleitner (1994) Secara khusus, menunjukkan bahwa berikut cara yang sesuai untuk mengajarkan komputer untuk anak-anak: Program-program yang fokus pada keterampilan awal, seperti pengenalan huruf dan menghitung yang dapat digunakan dalam kombinasi dengan pendekatan tradisional ( misalnya penggunaan Manipulatif ), Menulis dan menggambar perangkat lunak seperti KidPix, Program playful eksplorasi yang mengajarkan konsep-konsep, dan Buku cerita, yang menampilkan animasi, suara dan suara output ketika anak memilih item pada layar. Jadi berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas maka mengajarkan dan mengenalkan komputer pada anak, amat tergantung pada kesiapan pendidik dan orang tua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat bermain komputer. Karenanya, kepada semua pendidik dan orang tua, perlu diingatkan peran penting mereka dalam pemanfaatan komputer bagi anak. Berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang. Semoga tulisan ini menjadi pelajaran bagi kita untuk mengenalkan teknologi terkini dengan memilih sofware yang tepat dalam mengenalkan kepada anak diusia dini. wassalam https://www.kompasiana.com/titinijal/59e48c52a01dff1bec25a7f2/peran-teknologi-terhadap-anak-usia-dini