BERSAMA KITA CIPTAKAN GENERASI YANG KREATIF DAN MANDIRI

Rabu, 25 April 2012

HARAPAN GURU UNTUK ORANG TUA

1.Meningkatkan kesabaran saat berhadapan dengan anak,baik pada saat mendampingi anak ketika belajar maupun menghadapi perilaku - perilaku aktif anak
2. membangun sikap positif terhadap anak
3. sering melakukan konsultasi dengan pihak sekolah
4. memberikan kepercayaan penuh kepada sekolah tentang apa yang diusahakan dalam mendidik putra-putri mereka

Jumat, 13 April 2012


Melatih kecerdasan emosi (EQ) pada anak


Ciri-ciri anak yang mempunyai EQ tinggi adalah sebagai berikut:


Responsibility: Mempunyai rasa tanggung jawab
Self Motivation: Mampu menggali motivasi untuk maju
Self Regulation: Mampu mengontrol keseimbangan diri (emosi)
People Skill: Kemampuan bekerjasama dengan orang lain
Apakah buah hati anda memiliki ciri-ciri tersebut?

Ciri-ciri kecerdasan ini sebenarnya dibentuk sejak dari bayi,  Sebenarnya dalam pengamatan saya, emosi bayi terbentuk jauh lebih awal, sebelum anak itu dilahirkan ,semasa anak itu berada dalam perut ibu .Maka ibu yang risaukan sesuatu semasa mengandung akan mendapat anak yang cepat risau. Banyak kajian telah dilakukan tentang kesan memberi stimulasi yang positif terhadap janin yang belum dilahirkan. Salah satu dari kajian telah di lakukan di Hospital Hua Chiew di Bangkok.


Pakar Obstetrik bernama Chairat Panthuraamphorn telah membentuk kajian dari masa janin berumur 12 minggu untuk memaksimakan potensi janin dan juga menjaga emosi positif terhadap kandungan yang tidak dikenali. Hasil kajian telah menunjukkan perbedaan yang setara semasa bayi.


Kini orang tua semakin peduli dengan karakter anak, sejak mulai dipopulerkannya konsep kecerdasan emosi (EQ), Para orang tua semakin sadar dan yakin bahwa keberhasilan anak tidak lagi cukup dengan ketrampilan teknis (IQ) dan pengetahuan ilmiah, namun juga dengan kemampuan pengendalian diri dan hidup bermasyarakat.


Secara garis besar ada dua hal utama dalam kecerdasan emosi, yaitu mengenali dan mengelola emosi. Langkah pertama mengajarkan kecerdasan emosi adalah mengenalkan berbagai jenis emosi kepada anak. Bagaimana caranya?


Tips sederhana dalam mengajarkan kecerdasan emosi adalah dengan sering menyebutkan berbagai jenis emosi kepada anak. Misalnya anak sedang cemberut, maka sebagai orang tua kita dapat menegaskan situasi emosi tersebut kepada anak, misalnya dengan menanyakan, Adik cemberut, apa sedang kesal? Adik kesal apa karena Ibu melarang nonton TV? Dengan demikian anak dipandu untuk terbiasa mengenali kondisi emosi dirinya dan penyebab munculnya emosi itu.


Ketika orang tua marah, sedih, bingung, kesal, gembira, dan situasi emosi lainnya, orang tua juga perlu menyampaikan alasannya. Misalnya, seorang anak bermain dan tidak membereskan mainannya setelah selesai, sang Ibu bisa berkata, Adik, Ibu sangat kesal melihat mainan yang berantakan, karena Ibu menjadi repot membereskannya. Ibu akan senang kalau Adik membantu Ibu membereskan mainan sendiri. Dengan pernyataan itu sang anak akan belajar mengenali situasi emosi ibunya (kesal), sebab munculnya (mainan berantakan), dan mengapa sebab tersebut menyebabkan munculnya emosi tertentu (kesal karena repot membereskannya). Perlu ditunjukkan ekspresi yang sesuai dengan emosi saat melatih anak kecil (kalau kesal ya jangan tersenyum, namun tunjukkan wajah serius dan cemberut). Semakin dewasa nanti semakin mungkin menyampaikan emosi dengan ekspresi yang berlawanan misalnya dalam bentuk sindiran (kesal, namun tersenyum).


Apabila anak sedari dini usia telah sering dilatih untuk peka dalam mengenali emosi, maka semakin dewasa akan semakin mudah mengenali emosi, dan akhirnya dapat menyesuaikan sikapnya dengan situasi emosi yang ada.


Pendekatan emosi yg bisa dilakukan untuk Mengembangkan EQ anak :
  • Peka terhadap emosi anak;
  • Menyadari perubahan emosi anak sebagai peluang untuk mendekatkan hubungan dan mendidik;
  • Mendengar secara empati, memahami dan merasakan apa yang sedang anak alami;
  • Membantu anak-anak mengenali dan memahami emosi mereka sendiri;
  • Nyatakan dengan jelas batas atau tahap sesuatu emosi sambil mencari jalan menyelesaikan masalah yang timbul.

10 Tip Membangun Dasar Perkembangan Otak Anak

Menurut  Dr. Eddy Supriyadi, Sp.A, dari RS Sardjito Yogyakarta, ada dua komponen dasar dalam perkembangan otak anak, yaitu lingkungan yang aman dan pengalaman positif. Saat seorang bayi merasa tertekan, otak akan merespon dengan menghasilkan zat kortisol. Kadar kortisol yang tinggi akan memperlambat perkembangan otak.

Lingkungan aman dan nyaman diperlukan bayi untuk membantu perkembangan otaknya. Beri respon saat bayi menangis maupun mengoceh.

Pengalaman yang diterima setiap hari juga akan membantu perkembangan otak anak. Aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengajak anak ke pasar atau ke toko buku, ujar dokter anak lulusan UGM ini, sangat penting untuk pembentukan jaringan perkembangan sel otak. Dr. Eddy memberikan 10 tip bagi orangtua untuk membangun dasar perkembangan otak anak:

1. Beri perawatan dan kasih sayang yang adekuat selama masa kehamilan.
2. Beri nutrisi yang cukup. Enam bulan pertama kehidupan bayi, berikan kecukupan nutrisi dengan ASI.
3. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak.
4. Berbicaralah kepada bayi. Buat kontak mata saat berbicara dengan anak. Jangan lupa selalu tersenyum kepada anak.
5. Bila harus menitipkan anak, carilah tempat penitipan yang bermutu tinggi.
6. Kenalkan aneka ragam musik pada anak, dan bernyanyilah bersama.
7. Beri interaksi yang nyata dengan anak demi perkembangan otaknya. Jangan biarkan anak menonton televisi terlalu lama. Batasi waktunya.
8. Beri ruang bagi anak untuk dapat berinteraksi dengan teman sebaya.
9. Redakan stres pada orangtua. Orangtua yang mengalami stres cenderung mengalihkan stres kepada anaknya. Bila Anda merasa stres, cobalah bercerita kepada orang yang dekat dengan Anda.
10. Ingat, otak tidak akan pernah berhenti berkembang. Jadi, beri stimulasi sebanyak-banyaknya secara terus-menerus.