Kamis, 24 Januari 2019
Renungkan kembali konsep dasar pendidikan di Indonesia Oleh Ms Restgha Noriega
Pendidikan merupakan sarana manusia dalam mewariskan kebudayaan yang telah dibangunnya dari satu generasi kepada generasi selanjutnya. Karena itu pendidikan tidak akan pernah lepas dari konteks kebudayaan. Karena pada hakikatnya pendidikan akan selalu terpengaruh budaya masyarakat tempat pendidikan itu tumbuh.
Begitu pula sebaliknya, pendidikan menjadi begitu penting dalam menjaga keberlangsungan kebudayaan suatu masyarakat. Dengan demikiam sejatinya pendidikan seharusnya sesuai pula dengan kultur masyarakat suatu etnik, suku, bangsa maupun negara. Dalam kurikulum kita kemudian dikenal adanya materi muatan lokal atau mulok dalam mengakomodir kebudayaan lokal dalam kuruikulum nasional.
Sayangnya tidaklah cukup demikian. Kebudayaan lokal terus tergerus tidak hanya oleh pembelajaran lokal yang minim, namun juga dikarenakan arus global yang tanpa saringan menerjang kebudayaan kita. Menilik lebih dalam, kebudayaan semustinya tidak hanya tercantum dalam mulok,namun lebih mendalam dan lebih mendasar dari pada itu. Jikalau kita mencari referensi tentang pendidikan, akan lebih mudah mendapati berbagai rujukan pendikan ala barat, baik teori behaviorism, teori naturalism maupun teori teori lain yang berasal dari barat dan tentu saja dengan sumber bahan galian barat dan cara barat. Tanpa bermaksud mengkritik maupun merendahkan apa yang dimiliki dan dihasilkan barat.
Pendidikan adalah sebuah nilai universal, yang nilai-nilai di dalamnya merupakan nilai yang juga berlaku secara umum pada manusia. Sehingga apa yang dihasilkan dalam teori pendidikan pasti dapat diterapkan pada manusia secara umumnya. Atau jikalau sebuah pendidikan barat telah mampu menjadikan barat menjadi negara yang maju, tentulah negara kita akan menjadi maju pula dengan menerapkan pendidikam yang serupa.
Sepertinya inilah barang kali yang menjadikan pemerintah kita begitu mudah mengadopsi sistem pendidikan barat. Apakah diterapkannya pendidikan hasil adopsi negara lain akan mampu secara sama memajukan sebuah negara minimal sejajar dengan negara yang diadopsi kurikulumnya. Bukan jaminan. Kita tengok Jepang salah satu negara maju baik dalam teknologi maupun pendidikannya. Jepang mengemhangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan budaya masyarakat Jepang, menerima kemajuan dengan budaya sebagai filternya, sehingga nilai budayanya masih relatif bisa dipertahankan. Hingga kini masih dapat kita jumpai berbagai budaya Jepang tentu dengan kekurangan dan kelebihannya. Begitupula jika kita cermati kasus yang ada di India. Dalam riset yang dilakukan oleh James Tooley didapati fakta yang mengejutkan, bahwa pendidikan ala kolonial dalam hal ini Inggris yang selalu menjadi kebanggaan Inggris yang diwariskan kepada India, ternyata justru telah menghambat laju pendidikan India itu sendiri. Dengan diterapkanya pendidikan ala Inggris, India justru menjadi semakin ketinggalan.
Inilah yang membuat kita semestinya semakin gelisah atas pendidikan kita. Adakah kita lupa bahwa bangsa kita telah mampu menyebarkan agama islam hingga membuat negara Indonesia negara berpenduduk muslim terbesar diseluruh dunia. Bahkan kita dapati ada masyarakat yang pandai mengaji namun masih buta huruf latin. Dengan apa semua itu bisa tersebar jikalau bukan dengan pendidikan. Lebih jauh lagi adakah kita lupa bahwa bahwa pelajar dari Cina mencatat bahwa pada masa kerajaan Sriwijaya, pendidikan kita telah diperhitungkan di kawasan asia tenggara bahkan mungkin asia. Pada masa itu setiap yang hendak belajar agama Budha musti menempuh lebih dulu pendidikan di Sriwijaya. Mungkin kita akan berkata bahwa itu hanyalah nostalgia masa lalu. Namun dengan apa kita berpijak pada masa ini jikalau dengan masa lalu.
Peringatan hardiknas tahun ini mustinya menjadi tahun perenungan atas konsep dasar pendidikan nasional. Di tengah kegalauan pemerintah dalam menerapkan kurikulum, kita musti menggali artefak pendidikan kita yang telah teruji mewariskan budaya kepada generasi kita sekarang ini. Menjadi perhatian kita pula.bahwa pendidikan bukanlah rumus mati, reaksinya akan berbeda pada setiap objek yang berbeda pula. Kesalahan dalam merumuskan pendidikan akan menjadi kejahatan yang teramat kejam, karena bukan hanya berdampak pada satu dua orang namun pada satu dua bahkan beberapa generasi.
Pendiri bangsa telah menggali pancasila dasar negara dari nilai-nilai bangsa Indonesia sendiri. Seyogyanya pula sistem pendidikan nasional juga merupakan hasil penggalian atas nilai luhur budaya bangsa kita. Dengan tetap memperhatikan konteks kekinian. Tidak bisa kita elakkan bahwa ada beberapa yang musti kita sesuaikan dengan perkembangan zaman. Akan tetapi ada nilai yang memang berlaku secara universal dan terus menerus. Nilai-nilai inilah yang kita gali. Pendidikan Indonesia tidak akan maju kecuali dengan pendidikan khas Indonesia itu sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar